May 31, 2018

Pesona Ka'bah di Tanah Haram

Alhamdulillah di tahun 2018 ini gw berkesempatan untuk dipanggil ke rumah Allah SWT, Masjidili Haram untuk menjalankan ibadah Umrah selama sembilan hari. Memang ini bukanlah kali pertama gw menginjakan kaki di Tanah Suci, kebetulan gw brojol di Jeddah dan jadilah bebas bisa kapan aja ke Medinah ataupun Mekkah. Tapi ternyata yang gw rasakan saat pertama kali melihat Ka'bah itu berbeda banget dengan waktu kecil. Hmm ya iya lah waktu kecil gw kan gak paham apa-apa, gak punya dosa, saat ibadah pun masih digendong-gendong Papa. Kalau sekarang dosa nya udah banyak kali yaa (pasti sih bukan kali lagi :p ) jadi langsung bergetar hati saat melihat Ka'bah, air mata pun tidak bisa ditahan untuk tidak mengalir.

Bukan bermaksud berlebihan tetapi gw sendiri juga gak nyangka bakal ngerasain itu semua. Sebenarnya agak sulit untuk menceritakan tentang perjalanan ini, karena sifat nya lebih personal ataupun habluminallah. Jadi gw nanti akan lebih banyak share hasil jepretan ala kadarnya.

Suasanya ramainya Ka'bah saat dikelilingi oleh manusia dari berbagai penjuru bumi. Semua hanya karena mengharapkan ridha Allah SWT, memohon ampun, memanjatkan doa dan beribadah.

Ngomong-ngomong tentang hasil jepretan ataupun dokumentasi, ternyata sekarang udah bebas banget ya menggunakan handphone di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi. Berbeda banget dengan sekitar tahun 1990-an, gadget kamera saku saat itu bener- bener dilarang, kalau kita ngeluarin handphone di Masjid bisa dimarahin abis-abisan sama Askar (penjaga masjid). Tapi karena sekarang memang sudah digital era dan penggunaan gadget pun sudah tidak bisa dibendung lagi, maka menurut gw yang terpenting adalah pengendalian diri dari jamaah dan ingat dengan tujuan utama datang ke sana untuk apa lagi kalau bukan untuk ibadah dengan khusyuk. 

Ada sedikit cerita, saat dini hari waktu pertama kali melakukan ibadah Umrah, tepatnya saat Thawaf (mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali) ada bapak-bapak paruh baya yang nekat memvideokan ibadahnya itu. Gw ngeliatnya sih percaya gak percaya, kok bisa-bisanya ada orang yang berbuat seperti itu, gimana caranya bisa ngobrol sama Allah SWT kalo dia sendiri masih sibuk mikirin dunianya. Nah itulah, mungkin saat itu si bapak belum sadar untuk membedakan urusan di dunia dan di akhirat. Mungkin si bapak masih ingin eksis di sosmed ataupun sekedar memperlihatkan ke saudara-saudara dan kawan-kawan di tanah air nanti. Namun akhirnya setelah besoknya ditegur baik-baik oleh Ustad saat kajian barulah si bapak mengerti, yang penting pada akhirnya bisa berubah kan. Manusia memang lucu.

Sebetulnya pada awalnya gw gak terlalu niat untuk berangkat Umrah, dengan alasan belum merasa "terpanggil" dan gak rela uang tabungan terkuras. Tetapi setelah gw pikir-pikir ini kan untuk ibadah dan rezeki sudah diatur oleh Allah SWT, jadi hayuk sajalah. Mungkin memang ini sudah saatnya gw kembali menginjakkan kaki di Tanah Haram. Mendekati hari H gw pun juga semakin bersemangat  untuk Umrah bersama Maghfirah Travel dan merasa tidak sabar untuk bisa secara langsung melihat Ka'bah lagi.




Overall, biro perjalanan ini cukup memuaskan karena para ustadz yang disediakan oleh mereka dapat dinilai sangat bagus. Dilihat dari materi kajian yang mereka sajikan, doa-doa yang mereka bantu lafalkan, semuanya sangat menyentuh hati dan para ustadz ini sangat sabar menghadapi jamaah yang jumlahnya sangat banyak.

Tetapi karena program yang gw gunakan judulnya adalah Budget Umrah jadi jangan ngarep dapat hotel bagus dan makanan enak, semua serba ala kadarnya. Jadilah selama di Mekkah untuk makan gw selalu jajan setiap hari, karena didukung oleh faktor kangen berat sama masakan-masakan Arab asli.

Renovasi terus berlangsung sepanjang tahun di Masjidil Haram


Makkah Royal Clock Tower, a Fairmont Hotel. Hanya berjarak 50meter dari masjid dan merupakan salah satu bangunan tertinggi di dunia dengan 76 lantai dan di atas menara terdapat jam terbesar di dunia.



Oh ya, di kota Mekkah ini gw juga kagum dengan banyaknya burung yang berterbangan dan mencari makanan di sekitar Masjidil Haram. Sejauh penglihatan gw tidak ada satupun burung yang berterbangan di atas Masjid, menarik bukan? Burung-burung tersebut seolah ingin menghindari tempat suci tersebut karena takut tidak sengaja membuang kotorannya. Burung-burung ini suka terbang ke arah manusia yang hilir mudik, tetapi tidak ada yang nabrak ataupun membuang kotoran secara tidak sengaja di atas kepala jamaah.




Share:

February 11, 2018

Eksistensi Diri itu Penting

Di tahun 2018, di zaman generasi milenial berjaya, kita semua mengetahui bahwa tidak hanya anak-anak remaja saja yang bisa unjuk gigi, tetapi sampai ke generasi bapak-ibu angkatan lawas ingin eksis, ingin tampak, di dunia maya. Dunia maya yang lama-lama menjadi seperti realitas, menjadi tolak ukur kualitas hidup seseorang. 

Kita terbiasa untuk melihat realita dari dunia maya, dari depan layar kaca smart phone kita masing-masing. Sehingga efeknya kita menjadi tidak atau kurang peka terhadap lingkungan yang nyatanya benar- benar hidup persis di depan kita. 

Banyaknya ragam portal aplikasi media sosial membuat sebagian besar kaum terbantu untuk urusan eksistensi. Ada yang hanya untuk sekedar iseng-iseng berhadiah, tapi ada juga yang menjadikan hal ini sebagai ladang mata pencaharian. Kalau untuk artis zaman dulu mungkin kalau mau main film susah banget proses castingnya. Kalo zaman sekarang simpel aja “oke gak ada yang mau terima gw main film, ya gw shooting sendiri, di live instagram kek, followers gw aja yang nonton,  siapa tau lama-lama jadi tenar. ” Padahal yang nonton cuma satu orang dan itu pun juga cuma tiga detik. 

Rasanya zaman sekarang ini kalau pengen cepet tenar itu gampang, lo terbitin aja foto sexy di instagram, lo bikin deh video umbar kemesraan di youtube, tunjukan betapa romantisnya lo dan pacar. Padahal pake seragam putih abu-abu aja belum, pacaran ke luar kota masih modal dari orang tua. Eh tapi abis itu bisa aja mereka langsung punya modal, dengan catatan viewers di video lo harus banyak. Atau ide lainnya lo bikin aja video berantem atau adu bacot. Cewe sama cewe pasti banyak yang tonton, apalagi ditambah  dengn aksi jambak-menjambak. Malah akan lebih seru lagi  kalau berantemnya sama istri orang, lo jadi pelakor jadi-jadian misalnya (yang sekarang lg hype banget), dijamin ketenaran lo bisa melejit secepat bintang jatuh. Bisa juga lo jadi anak korban keluarga berantakan, terus lo bikin video curhat dan upload di sosmed, lo akan langsung nge hype di semua akun gosip yang efeknya selalu bikin julid followers. Tapi itu semua masih ditentukan oleh faktor muka, batasannya cuma dua: cantik banget atau jelek banget agar bisa eksis, kalo muka lo standar ya butuh mukjizat yang luar biasa banyak dulu kayanya.

Sah-sah saja memang kalo eksistensi itu menjadi mata pencaharian mereka. Bagus malah karena kan rezeki halal. Apalagi buat mereka yang banyak pengikutnya di sosmed, jasa endorse atau paid promote mereka mungkin lebih besar daripada gaji sebulan karyawan kantor biasa. Memang itu semua tetap tergantung dari jumlah followers mereka dan seberapa cerdas juga kreatif mereka. Gw sih suka sama kekreatifan para influencer yang berbobot dan memberikan dampak positif untuk viewers nya. 

Suatu hari gw ngobrol sama temen gw mengenai fenomena ini, betapa gilanya kehidupan sosial sekarang. Apakah kita saat ini benar-benar tau apa makna esensial dari kata sosial atau bersosialisasi?

Saat ini sosialisasi itu ditunjukkan bukan dilakukan. Contohnya, bermula dari kita janjian dgn rempong nya di grup whatsapp, lalu ketemuan dan kumpul-kumpul. Lalu apa yang kita lakukan pada saat kongkow itu lah yang menjadi inti permasalahan terbesar abad ini. Mungkin diawali dari hai hai, cipika cipiki, ngobrol sekenanya, kepo dikit, lalu semua fokus ke smartphone masing-masing. Makanan pun datang, makan sambil tetep main hp, lalu diakhiri dengan “eeeh yuk foto dulu, kita dari tadi belum foto” cekrak cekrek gak kelar-kelar, lebih lama dari sesi ngobrolnya, sampai buat heboh satu restoran.  JangnJanit  lupa saat-saat lagi heboh itu diabadikan dengan video utk instastory atau snap chat. Juga gak lupa foto makanan pas tadi makanan baru dateng di publish. Padahal belom tau itu makanan rasanya seperti apa. Take a picture first and the rest will follow. Itulah gaya sosialisasi zaman sekarang. Gpp, gak ada yang bilang ini tidak baik.

Jadi di sini permasalahannya, sosialisasi itu ditunjukan bukan dijalankan. Mereka lebih memilih untuk menunjukkan ikatan mereka kepada viewers,  bukannya mempererat hubungan itu secara personal. Bahkan bukan hanya perihal hubungan pertemanan saja yang dipertontonkan, misalnya ada juga untuk pasangan suami istri zaman now, sudah bukan hal yang tabu bagi sepasang suami istri kekinjan untuk menunjukkan kemesraan mereka yg berlebihan di depan umum. Kadang gw suka geli sih klo liat pasangan kaya gini, bukan, bukan karena gw iri nan ora mampu *klarifikasi biar kaya artis. Tapi geli aja gitu mereka publih foto peluk-pelukan dan ditambah dengan cerita (bukan caption lagi) bijak. Udah kaya rumah tangga lo aja yang paling keren dan paling kuat dalam menghadapi berbagai terpaan angin puting beliung, sapuan air laut dan gonjang ganjing dari biduan. Iya gw tau hidup lo banyak masalah, udah gak usah sok bahagia gitu. 

Namun masih mending kalau memang sudah suami dan istri, saat ini remaja SMP zaman now udah pede untuk menunjukkan kemesraan mereka yg terlalu berlebihan di sosmed, istilahnya PDA. Klo gw sih mengkategorikannya bukan mesra sih tapi apaaa yaaa, duh gak ada kalimat yang pas. Yang namanya kemesraan tuh gak perlu diumbar dek (yailah tua bgt gw rasanya), kemesraan itu lebih romantis kalo menjadi rahasia kecil kalian aja. Kalian doang yang nikmatin. Tapi gak baik ah mesra-mesraan kalo belum muhrim, bikin nanggung bin kentang kan. Makanya gw sekarang gak pernah upload foto romantis bareng pacar, ya karena emang gak punya pacar sih #sad #promosi *nangis di selokan*. Tetapi gw bukanlah makhluk yang gak pernah publish foto model begini. Dulu bangga rasanya bisa posting foto sama pacar dengan gaya macem-macem, mulut dimonyong-monyongin, tatap-tatapan jiji mesra, yeeeuh *lap muntah*. Walaupun pacar ngomel karena kenorakan gw, tetep aja gw keras kepala dan ngerasa itu hal yang wajar. Maafkan kekhilafan gw zaman dulu yang norak pada masanya, sekarang gw udh insyaf kok, balikan yuk. Eh. 

Bahkan tidak hanya sebatas kemesraan, potongan kulit tubuh sebisa mungkin ditunjukkan sebanyak mungkin. Semakin dikit benang di badan lo maka akan semakin meningkat derajat kekeranan dan kekinian lo. Apalagi sekarang internet menjadi portal yang sangat membantu untuk mencontoh apa yang dilakukan oleh orang lain, terutama kebiasaan dari budaya barat dll. Gw pribadi sih kalau liat bule publish foto bajunya minim biasa aja liatnya, terkesan wajar, tetapi kalau orang kita, entah kenap kok gw doyan jiji sendiri ya.

Tidak bisa gw pungkiri remaja sekarang lebih memilihi gaya hidup yang kebarat-baratan. Ya gpp sih suka-suka mereka, hidup-hidup mereka, gw kenal mereka juga nggak. Gw sih seneng-seneng aja lihatnya. Lumayan penyegaran untuk mata. Lah gw aja yang cewe senang lihatnya kalau ada yang seger-seger bin bening, apalagi kalau cowo. Kalo gw gak seneng ya gampang, gak perlu gw liat apalagi sampe ninggalin komen gak enak, lah emg gw hakim di hidup mereka. Bae-bae ye kalo pada komen, mentang-mentang bisa berlindung dari balik layar hp, identitas lo gak ketahuan, pada komen seenak jempol aja lo pada. Gak punya etika. Intinya mau mereka copot pasang baju kek, eh jilbab maksudnya, ya biarin aja gak usah pada komen sampe tuh orang jadi deisperado dan mendadak bijak dengan posting aneka tulisan di instasory nya. Kalo lo beneran peduli lo nasihatin baik-baik, setau gw agama juga mengajarkan kalau menasehati orang lain lebih baik dilakukan secara langsung dan tidak di ranah umum. Kalau di ranah umuh bukan nasehatin namanya tetapi menghina. Miris memang karena saat ini gampang sekali untuk kita saling menjustifakasi seenak udel si engkong. Ada yang bilang karena generasi micin segala, ya micin lagi di salah-salahin.  Ini tuh karena saat harusnya lo fokus belajar dengan baik di sekolah tapi lo malah .. entah hanya Tuhan yang tahu lo malah ngapain.   
Remember my dear friends, we live in our own shoes and every shoes is unique and way too different. Our sins will always be ours, equal to our merits. 

Hidup itu pilihan seperti yang udah gw bahas di tulisan-tulisan gw sebelumnya, yang udah kaya sinetron ada serial dari 1-5, jadi suka-suka lo mau pilih gaya hidup apa. Namun ingat semua pilihan itu ada konsekuensinya ya. Jangan nyesel kalo udah keburu kecebur di comberan item nan bau, susah bersihinnya. Jadi bae-bae deh kalo hidup, gw aja mau belajar baik nan bener hidupnya susah banget ini. Susah bukan berarti tidak bisa.

Banyak sekali istilahnya untuk para artis di dunia maya ini, mulai dr yg jadul seperti trendsetter sampe yg kekinian yaitu influenza eh influencer kamsudnya atau biasa juga kita dengar dengan sebutan selebgram. (hmm apalagi yaaa itu doang sih yg gw tau :)))))). Jujur, gw sih senang2 aja melihatnya, apalagi klo ada influencer lucu bin gak jaim dan membagikan tutorial yang bermanfaat. Karena generasi kita ini adalah generasi tutorial, jadi kalau setiap mau ngapa-ngapain harus liat cara kerjanya dulu di youtube. Gw sendiri paling seneng menonton make up tutorial di youtube. 

Beuh jangan diitung ada berapa banyak beauty blogger bertebaran, dimulai dari ecek-ecek yang viewers nya dikit sampai yang maha spektakuler viewers nya ngalahin music video Adele. Tetapi lagi-lagi di sini kita harus memilih, mana dari para influencer itu yang cocok untuk kita  dan sejalan dengan prinsip hidup kita. Misalnya kalau gw sukanya sama beauty vlogger yang kalo kasih tips to the point, ngomongnya cepet dan gapake pose-pose ala ayan setelah make up. Jadi, baiknya jangan semua juga lo tonton, gak baik.  Buang-buang kuota. 

Gw sendiri ngeblog gini bukan untuk sekedar eksis, jauh dari sebelum blog itu eksis banget (pada masanya) sampai ke sekarang yang sudah kalah sama Vlog, gw udah punya si Bola Mata ini dari tahun 2009. Buktinya sampai 2018 gw masih aja gak eksis kan wkwk. Gw punya bola mata karena hanya ingin mempunyai media untuk mengeluarkan apa yang menjadi sudut pandang gw. Sekalian jaga-jaga kalau suatu saat gw amnesia atau demensia, gw jadi bisa baca sedikit cerita hidup dari sudut pandang gw sendiri. Gak perlu diceritain dari orang lain dengan versi yang pasti berbeda dari ingatan gw. Blog ini sekalian jadi wadah untuk kontrol level kealayan gw, daripada norak curhatnya di status facebook, status whatsapp ataupun instastory. Kadang sih doyan khilaf kaya gitu, puter musik galau di instastory terus lensa kamera ditutup tangan biar warnanga item galau terus kasih deh stiker “mood”. Ciamik. 

Intinya jagalah mata kalian, kalo ga suka ya jangan dibaca. Gw pun ga pernah memaksa orang untuk baca blog gw (BOHONG BANGET). Gw menulis begini juga gatau ada berapa banyak mata yang baca dan otak yang paham sama tulisan absurd gw. Jangan-jangan jumlah viewers itu isinya gw semua yang tiap hari ngereload si Bola Mata.

Mungkin bagi sebagian orang, blog berupa tulisan sudah ditinggalkan sebagian besar kaum. Saat ini zamannya vlog, video log (bener gak sih?) Gak mau cuma tulisan yang bisa diliat orang, tapi muke lo yang harus jadi konsumsi orang asing. Lagi-lagi gw harus bilang ini bukanlah sebuah masalah, muke-muke lo kok ya suka-suka lo. Tapi gw paling males sama yg namanya daily vlog yang tingkat ketidakpentingannya selevel dengan lo nanya ke cowo lo “sayang jujur ya aku gendutan gak sih? Huhu”. Penting amat gw harus nonton keseharian lo yang gak ada esensinya utk orang lain gw, misalnya saat lo lagi aktifitas di kampus, rumah, lokasi kerja atu sampe lo boker juga di vlog nanti lama-lama. 'Hai guys liat aku lagi ngeden. Begini lhoh cara ngeden yg baik dan benar agar berfaedah.'

Tetapi bukan berarti semua vlog itu tidak bagus, Banyak sekali vlog lain yang isinya berbobot, ini yang gw suka. Misalnya mereka bisa berbagi bagaimana cara yang benar untuk menjalani hidup, menjadi motivator, memberikan inovasi serta ide-ide cemerlang seperti life hacks, juga memberikan banysk inspirasi lainnya, anak muda berbakat dan cemerlang juga ribuan jumlahnya.  Tidak lupa yang teramat sangat penting adalah tutorial video bagaimana cara apply foundation yang benar dan men-set dengan translucent powder agar itu foundie gak lari-larian ngejar suami orang.

Kembali ke suatu hari saat gw tadi ngobrol sama temen gw lupa deh tuh paragraf berapa, udah jauh banget bray. “Kadang gw capek deh main instagram” dia berkata out of the blue, gak ada kucing lagi kawin, gak ada kucing lagi ngejar-ngejar anjing, tiba-tiba aja temen gw ngeluh gitu. “Lah kalo capek ya ga usah main, sign out aja dulu” timpal gw sekenanya.  “Hmm tapi klo ga buka sehari berasa ada yg kurang, kalo path sih ga dibuka seminggu juga gpp” terang dia. “Yee ribet ya hidup lo” kata gw sambil tertawa nyinyir. “Yaa gimana gak ribet, liat tuh orang lain kalo post foto like nya banyak banget, bisa sampai beribu-ribu, apalagi kalo bajunya sexy banget gitu” ucap dia terkagum-kagum. “Gw tuh ya udah motret pemandangan cakep-cakep, terus gw edit sedemikian rupa, eh like yg gw dapet cuma 5” cerocos temen gw berlanjut.  “Tapi nih ya kalo yg gw upload foto muka gw, mayan deh yg like ada 100an, gw tau sih gw emang cantik” kata dia cekikikan. “Yeeee dudul” balas gw sambil noyor pelan kepalanya. Lalu gw melanjutkan “Yaelah gampang kali itu, coba lo pikir dulu, lo yakin emag foto temen-temen lo yg beribu-juta like itu dia dapet dari temennya dia semua?" tanya gw. "Eh maksudnya?" timpal dia. 'Hari gini mah lo beli aja jasa like” terang gw “haaah apa iya itu beneran bisa?” Tanya dia polos. “Iyee banyak tuh jasanya di instagram, lo search aja pake hashtag jual like, murah2 kok.” Akhirnya dia pun membeli jasa like beserta followers dan seketika itu pula hari teman gw menjadi cerah. Secerah matahari di pinggir laut.

Nah saat ini memang sepenting itulah pengakuan diri atau diakui di dunia maya. Ada juga temen gw yang deg-degan kalo like di instagram nya dikit. Ada juga yang bete followers nya cuma pada kepo, karena viewers di instastory nya banyak hampir semua followers nya lihat. Tetapi gak ada yang comment, bahkan kalau dia publish foto yang nge like gak ada seperempat dari jumlah followersnya. Miris gak sih?. Ya iyalah secara followers nya online shop semua.

Di suatu hari lainnya gw pernah baca insta-story dari artis Sofia Latjuba. Intinya dia dengan baik mengingatkan kita utk memanfaatkan kuota internet untukk hal-hal bermanfaat misalnya belajar bahasa baru, gali informasi mengenai beasiswa dll. Jangan malah ngurusin hidup artis dan separuh waktu dari 24 jam lo abis buat nyimak ig nya lambe-lambean. Gw setuju sih karena berdasarkan pengalaman gw nih ya, sejam aja lo nyimak ig nya aneka lambe, seketika itu juga otak lo jadi butek, gelap ketutup kabut hitam pekat, jadi terkontaminasi hal-hal negatif dan hati lo dipenuhi iri dan dengki. Ihh ngeri banget kan. Surround yourself with positive energy

Mari kita manfaatkan kuota internet kita yang bejibun untuk hal yang sangat bermanfaat bagi level kecerdasan otak kita masing-masing. 

Salut deh buat kaum yang gak punya media sosial. Dijamin hidup lo lebih tenang dan less controversial.



Share:

January 31, 2018

5 Helpful Tips to do at Yunomori Onsen & Spa, Klongtoey-Bangkok



Many people said the best massage is coming from my country Indonesia, especially massage skill from Javanese. But personally, i don’t like to get a massage, because it hurts and tingling.  Yet I just had an amazing Thai massage at Yunomori Onsen & Spa, that is a fusion between native Thai technique and goodness of Japanese onsen bath without traveling to Hakone or paying a JPY. I really like the massage here, the pressure is just right, it also has a unique movement or simply because the therapist fits to my liking.

To those whose not aware of Onsen - let me share you my google search result; it is a bath house where the water, minerals and warmth are coming from the nature. The bath house usually have many types of pool depending on the temperature or minerals for different benefit. Japanese love to go to Onsen and it is already part of their culture. If you are still curious about Onsens, just click me

Now, Let's get back to my story. My sister  and I arrived at 08.55, the door was opened but no one stand by at the reception, so we sat down at many type of chairs (and rocking chairs) available. At 09.00 sharp, a lady came to the back of cash register and greet us. We confirmed our name since we've booked two days in advance (you can book via email or phone call). Originally my sister planned to visit on the day of our arrival, Sunday evening, but they were fully booked till 24.00.  We selected two basis package - Onsen and Thai Massage and paid THB 850 per person, the bill is all on my sis --indeed I am a lucky sister :)))--. After that we got wristbands-key that has a number for our locker for both clothing and shoes. At the entrance of the Onsen, we saw a booth to collect our towel, kimono and obi. They provided various design, colours and length. Gonna be so important when you take a selfie later on!

Unlike the real Onsen, here they are providing disposable black tube top and underwear hidden inside the towel, so you are not completely naked.. hence no stare rule applied here! The locker/changing room is well decorated and pleasantly scented, I tried to make a selfie here but apparently it is no camera zone. Because who knows what you will captured here.. and besides, I ain't no pervert! :p.  

Before I jump to the Onsen tips, It is better if I describe the complete steps and each kind of bathtub in Yunomori:

1. Take a bath 
After we change the clothes we must to take a proper bath in the available communal space. They provide shampoo, liquid soap and conditioner. We don't need to bring anything into the onsen, we only allowed to bring a small towel that was provided. We take a bath while sit in the small chair so we do not splash water onto the person next to us.

2. Soda spa
Next step is the best step for me, because the temperature of the water feels just right, not too hot nor too cold. It claims that soda spa has water enriched with a high concentration of natural carbon dioxide. Which can help improve our blood circulation, reduce high blood pressure and increase blood oxygen levels. The water temperature is about 38 to 39 degree celsius and the time to soak is specified about 10- 15 minutes.

Remember to drink a lot of water in every treatment, they provide the water dispenser. It is to avoid us from dehydration and feeling dizzy or the worst is fainted. I think the recommended total time for onsen is 45-50 minutes.

3. Jet bath
I think this is the hottest water, around 39.5 to 41.5 degree. Like the name, the bathtub produce jet bubble of air for our whole body  so it can help to stimulate our blood circulation. The recommended time is about 5-10 minutes

4. Steam room
The steam temperature is very hot and steamy. I need to cover my face with small towel because it feels burned (maybe because I've a sensitive skin). I did not last long, only for 3-5 minutes.

5. Soda shower
Relax our body with take a soda shower, wash our hair and body with this normal temperature water and also the water contain natural carbon dioxide like the soda spa. They said the water can make our hair shiny and healthy.

6. Cold bath
The temperature is about 17-19 degree and it feels so icy freezy but it can tighten the pore skin and it made us feel refresh.

7. Garden bath
This spa is located in outdoor area like a small garden but still emphasize our privacy. First we soak our body in a small bathtub made from wood and change to the larger one. I forget the water temperature but it is similar like others.

8. Onsen
Last step is onsen, i can't recall the temperature but it is not too hot, maybe it is a step to make our body feel relaxed.  The water contains the large amounts of micro-bubbles containing hydrogen. For the very last step I do need to take a soak in the cold bath once more, to tightening my skin, especially pore in my face.

So here is the five helpful Onsen Tips in my opinion:

1. Do not stare at someone
No one likes being stared excessively while they wear clothes and moreover while they are half naked and even naked. Some people go free while onsen. It is their choice.

2. Always wash your feet
Wash your feet before enter the bathtub with wood bucket they are provided on the edge of bathtub. It is for the reason of cleanliness.

3. Drink

Always drink a lot of waters when change the bathtub. They provide tap cold water and it is free! Water can prevent us from dehydration and dizziness, it is also make us always feel refresh.

4. Stay alert with surrounding environment 
Pay attention to your surrounding before you jump to the bathtub (nope, really, don't jump, just walk in slowly). Because the bathtub in this branch is not too large and sometimes in the peak hour there are a lot of customers, do not enter the bathtub if there are too many people inside. Wait a little, they will know when to take turns.

5. Do not yell or shout 
We supposed to have a relax time in here so don't speak loudly and disturb another customer while in the bathtub. We don't want to get yell back from others because we are being noisy.

6. Read carefully
If it will be your first time to go to onsen, read carefully the steps of the onsen that they hang the board in the wall inside of onsen. Of course the staff will give you introduction if this is your first time, but in case you forget their explanation, you can take a look once or twice more. I do always read when I change the bathtub.

Thai Massage

The time was so perfect, we called to Thai Massage when we just finished wear our yukata. So we go out from the lockers room and wait a little in the lobby area. After that they gave us a piece of paper to filled out with our credentials. Then we go upstairs and they gave us a cotton clothes, so we change and wait until the therapist come back. We lay down on a mattress and they cover us with a blanket. The massage lasts for 60 minutes (optional).

I really like the massage, how the therapist give a pressure on my body, I choose the light one because I don't like to be massaged too hard and tight. It ended with a stretching, the therapist push and pull our body on a precise point. It is nice that I got a great therapist. 

Afterwards we are allowed to do Onsen as long as we want, so I decided to take Onsen one more time, since my city don't have Onsen & Spa like this.

I repeat the process but took a longer time in Soda Spa (the best part for me). 

I feel satisfied with this place because of the cleanliness, complete facility and toiletries. They provided hair dryer, body lotion, cotton bud, cotton pad, comb and mirror in the dressing area. Also this is  the only place I found in Bangkok that provided water in their public closet. The interior was so cute and tidy as well.

Share:

January 29, 2018

Bangkok, Januari 2018

Prior alert: cerita ini akan panjang bermanfaat banget!

Akhirnya gw melancong ke luar negeri juga setelah kira-kira 7 tahun lamanya, terakhir itu ke Singapura, bisa diintip ceritanya di sini. Sayang, foto-foto karya gw yang spektakuler hilang semua dari halaman itu, akibat kesalahan teknis dari google images gw :((( 

21 Januari 2018 gw bertolak ke Negara Seribu Pagoda atau yang lebih dikenal dengan nama Thailand. Ibu kota nya adalah kota yang gw kunjungi selama 4 hari 3 malem (bentar bats) yaitu Thailand atau memiliki nama asli Krung Thep. Bangkok merupakan kota yang memiliki nama terpanjang di dunia yaitu Krungthepmahanakhon Amornrattanakosin Mahintharayutthaya Mahadilokphop Noppharat Ratchathaniburirom Udomratchaniwetmahasathan Amonphiman Awatansathit  kkathattiyawitsanukamprasit. (Gw yakin itu kata-kata panjang banget gak kalian baca, gpp asal jangan tulisan ini yang gak dibaca :)))

Bisa dibilang ini adalah solo trip pertama gw, berjalan-jalan sendirian di kota yang hurufnya tidak menggunakan huruf latin. Tetapi sebenarnya ini lebih tepat dibilang semi-solo, karena gw gak sendirian-sendirian banget, di sana ada yang nemenin gw bobo lhoooh, eaaa siapakah dia? :))) 
Tidak lain dan tidak bukan adalah kakak gw, gw bisa menumpang di hotel dia yang kebetulan juga akan dinas ke Bangkok. Lumayan pengiritan banget sis. Gw memang udah lama sih ingin ke Bangkok (kira-kira dari akhir tahun 2017 aja) sama sahabat gw, dan alhamdulillah dapat rezekinya sekarang, walaupun harus sendirian.

Pukul 05.00 gw dan kakak menembus kegelapan subuh menggunakan taxi ke Cengkareng, flight gw jam 07.05 menggunakan pesawat Air Asia dan kakak gw masih jam 09.00. Jadilah dia masih harus menunggu beberapa jam sampai waktunya di Terminal 3 Ultimate (iya beda kasta). Oh iya FYI mulai 22 Januari 2018 AA untuk penerbangan internasional sudah dari T3 Ultimate lhoh. Saat drop gw di Terminal 2 kakak gw memastikan kalau gw tau harus kemana, tau harus ke imigrasi dulu dll. Maklum ya saking udah lama gak international flight takut gw oon mendadak kali.

Setelah terbang di udara (ya kali terbang di laut) selama kurang lebih 3 jam, burung besi ini berhasil  mendaratkan diri dengan mulus (semulus pantat bayi yang ada bisulnya dikit) di Don Mueang Airport. Setelah melewati proses imigrasi yang berhasil dilalui dengan lumayan mengantri dan agak keder dikit nyari arrival card, lalu gw langsung membeli simcard lokal dari TrueMove seharga 199 THB dengan kuota 5.5 GB untuk 7 hari.




Gw dari awal memang sudah berencana untuk ke Chatuchak Weekend Market sambil menunggu kakak gw yang baru akan sampai hotel sekitar jam 14.30. Jadi gw bertanya ke ke mba-mba pulsa naik bus apa ke sana. Bus nya adalah A1, inget ya A1, jangan bus yang lain apalagi kalau kalian pulang menuju airport, kalau beda bus niscaya kalian akan diturunkan di pinggir jalan jauh dari bandara. Gw naik bus langsung dari Gate 1 atau 9 (kalau gak salah, pokoknya dari turun eskalator langsung aja belok kiri dan lurus aja lalu keluar di sebelah kanan) bus ber-AC dengan tarif 40 THB ini rutenya melalui tol, jadi kira-kira hanya 40 menit gw sudah turun di halte deket Chatuchak. Jeng jeng dan ternyata gw harus nyebrang melalui jembatan penyebrangan sambil menggeret-geret koper dan berjalan lagi sekitar 7 menit untuk sampai ke TKP.

Taman di dekat Chatuchak Weekend Market


Chatuchak ini memang pasar terbuka yang besar banget dan banyak sekali toko bertebaran di sepanjang jalan, gw sampai gak bisa mengelilingi semua areanya karena sudah lelah yang berkepanjangan dan laper baru diganjel pake mango sticky rice seharga 70 THB yang enak banget. Gw di sana cuma beli bedak tabur Ponds yang lagi hype banget di Jakarta. Dibeli dengan acara tawar menawar yang taunya harga tawarannya sama aja dengan di Big C Supermarket. Ada sedikit tips nih buat kalian, kalau mau beli bedak Ponds, aneka macam cemilan, Thai Tea serbuk dll mending langsung aja ke supermarket daripada di market-market gitu, karena harganya memang lebih murah di Big C, kalau di aneka market nya cukup beli buah tangan macam kaos, gantungan kunci, tempelan magnet dkk. Gw kena tipu harga beli Nestea di Pratunam Market yang lebih mahal 30 THB dibanding Big C. Sebetulnya setelah pulang dari Chatuchak gw agak nyesel karena gak sekalian beli oleh-oleh, karena belum mau pulang jadi kaya gak kepikiran untuk langsung beli. Apalagi Chatuchak ini bukanya hanya pada saat akhir pekan saja. Akhirnya gw beli oleh-oleh di Pratunam pas hari ketiga.



Setelah puas alias lelah melihat-lihat gw memutuskan untuk segera ke hotel dan berkat kecerdasan google maps gw berhasil sampai ke hotel, lalu disambut kaka gw di kamar dengan ucapan sawasdee-ka (baca: swadika *tampaknya) yang artinya Halo. Lalu dia mengendus-ngendus dan langsung komen sambil cekikikan kalau gw bau matahari. Haha meeen emang pas baru turun bus tuh gw langsung disambut dengan matahari yang panas banget, kaya 1/0.1 neraka tuh bocor. Gw langsung mandi dan kaka gw berangkat kerja di hari Minggu, lalu gw memutuskan untuk jalan-jalan di mall sekitar hotel.

Oh iya biar ada gambaran mengenai perjalanan gw nantinya, gw menginap di Holiday Inn Pathum Wan (setelah turun pangkat dari tetangganya si Intercontinental) review gw mengenai hotel ini enak bangeeeeeet, soalnya GRATIIIIS :p . Tampaknya lokasinya juga cukup strategis, dekat dengan pusat perbelanjaan dan stasiun BTS juga MRT. Di Bangkok ada 3 masam transportasi masal, selain yang sudah gw sebutkan tadi juga terdapat bus biasa yang pake kenek seperti di Jakarta, bedanya bus di sini berhenti hanya di tempat yang sudah ditentukan. Bedanya BTS dan MRT, kalau BTS menggunakan jalan layang dan MRT menggunakan jalan bawah tanah, gw gak sempet coba naik MRT.

Salah satu stasiun BTS/MRT


Pertama, gw ke mall di  seberang hotel yang namanya Amarin Plaza, liat-liat make up di drug store (tetep yaa) lalu ada telfon masuk dari surga yang intinya kakak gw mau traktir makan malam di Nara  (makanan  termewah gw selama di Bangkok haha) lalu gw jalan lagi ke mall sampingnya yang bernama Erawan dimana Nara berada (Amarin dan Erawan ini tampaknya saudara kembar yang tertukar). Setelah makan kita jalan-jalan ke mall lain di  sekitarnya. Berjalan kaki melalui jembatan stasiun BTS yang sangat menyenangkan, tersedia connecting bridge ke mall lainnya, dimulai dari Siam Paragon sampai ke Siam Discovery, kami juga menyinggahi Central World sambil window shopping. Kakak gw memberitahu kalau Madame Tussauds yang akan gw datangi besok ini ada di mall Siam Discovery, dikasih tau naik lift nya dan gimana-gimana nya. Tau aja gw emang bingung arah.


22 Januari 2018, kakak gw udh dijemput kerja dari jam 7.15 dan gw baru mau mandi lalu sarapan di hotel dan jalan ke Siam Discovery sekitar jam 09.00. Pukul 09.45 gw sudah tiba di depan Siam Paragon dan pastinya si mall belum buka dan manusia sudah berjubel di depannya nunggu mall buka. Perasaan di Jakarta nunggu mall buka gak gini-gini banget deh. Lalu bener aja dong, di dalam mall  gw pake nyasar mencari jalur sambung ke Siam Discovery, haha cuma muter-muter di mall aja nyasar. 


Sampai lah dengan tubuh yang utuh di depan Museum Lilin tersebut dan langsung saja mengantri (sebenarnya gak ada antrian sih karena baru banget buka, masih sepi) dan menunjukan pre-booked tiket gw yang gw pesan  melalui Traveloka, dimana harganya jauuuuh lebih murah dibanding kita beli secara on the spot, waktu itu gw beli dengan harga IDR 293.889. Lalu gw datangi mba penjaga dan menunjukkan tiket dari smart phone gw dan diminta untuk menunjukan paspor, yang memang tidak mungkin gw bawa-bawa, tetapi gw sudah menyiapkan fotonya. Itu saja sudah cukup. Foto semua dokumen-dokumen kalian ya. Jangan dibawa-bawa yang asli, tinggal aja di brankas hotel, kalau sampai ilang pas lagi jalan-jalan kan berabe genks.


Entrance gw lalui dengan mulus dan langsung diminta untuk foto-foto di samping patung apa gw gak inget, yang ada di otak gw cuma "ini pasti di exit gate diliatin foto-fotonya dan ditawarin untuk beli, yang dimana gak akan gw beli." Kekhawatiran gw cuma satu sebelum masuk museum ini, gw belum beli tongsis, alhasil jadinya foto muka gw semua yang kesimpen di memori telepon genggam. Menarik isi museum ini buat gw yang memang belum pernah ke Madame Tussauds sebelumnya (Aida (15) pertama kali ke Madame Tussauds *catet*). Begitu Masuk gw disambut dengan patung mantan Presiden Indonesia, Soekarno. Bangga juga liatnya, gw elus-elus tuh pipinya, rambutnya (maklum udah lama gak ngelus-ngelus, kucing pun tidak mau gw elus #sad). Anyway, gw gak tau sih sebeneranya patung lilin ini boleh dipegang apa gak, tapi kayanya gak ada larangannya.


Kurang lebih dua jam gw menghabiskan waktu yang sangat amat berharga di museum itu, di dalam gw sempat main puzzle, tendangan bola penalti dan memasukkan bola ke ring basket, sambil foto-foto muke sama patung pastinya. Di dalam museum gw bertemu keluarga dari Indonesia, seorang Ibu dan dua anaknya  yang semuanya mengenakan kerudung. Pas gw cerita hal ini ke kakak gw, komen dia adalah "lah bapak nya kemana?" engggggg "lah mana gw tau, kepikiran juga kagak, masa iya gw sekepo itu aiiiish." Sama si ibunya sih gw senyum-senyum aja gak sempet ngobrol soalnya si ibunya lagi sibuk difotoin bareng Lady Diana oleh anaknya. Kalau nggak mah udah gw pepet terus, nanyain punya anak cowo yang masih available gak, wkwk. Perjalanan di museum ini diakhiri dengan menonton pertunjukan Ice Age 4D selama 5 menit.

My date on my day (mulai halu)

Gw keluar dari Siam Discovery, celingukan bingung dan karena cuaca juga lagi panas banget, gw memutuskan untuk duduk di bangku-bangku yang tersedia di depan mall sambil makan pisang yang gw embat dari hotel.

Kata kakak gw yang lainnya, memang lebih susah cari makan di Bangkok daripada misalnya dibandingkan dengan London. Kalau di London, Muslim Resto bertebaran dimana-mana, di food court mall Bangkok masakan Babi bertebaran dimana-mana, hiks gw lagi anaknya susah makan tapi emesh alias berisi alias gemuk. Ahh susah banget tinggal bilang gemuk aja *hikshiks*.


Selanjutnya, sudah ada di wishlist gw kalau next visit adalah ke Bangkok Art Culture and Centre (BACC) dan/atau Jim Thompson House (JTH). Karena ternyata BACC tutup setiap hari Senin, jadi gw langsung meluncur ke JTH dengan berjalan kaki. Pokonya selama melancong thanks a lot to google maps deh yang sangat membantu perjalanan gw, tapi ada sih satu hari gw dibikin muter-muter nyasar sama dia. Berjalan kaki kurang lebih 20 menit dan sampai lah gw di JTH, lalu tiket seharga 150 THB gw beli dan gw  diminta untuk menunggu guide, dimana kami sudah dibagi per grup. Gw doang yang single eh sendirian maksudnya di grup itu, isi grup nya campur-campur mulai dari  Asia sampai ke bule pale entah dari negara mana.




Aneka macam bahan asal untuk dijadikan kain sutra
 Menarik isi rumahnya, kami peserta tour dijelaskan secara detil mengenai koleksi-koleksi antiknya oleh mba pemandu dan kami juga sudah diperingatkan untuk tidak mengambil foto ataupun video saat tur berlangsung. Jadi singkatnya Jim Thompson ini adalah warga negara Amerika yang jatuh cinta dengan Thailand yang akhirnya menetap dan membangun rumah di sana. Pada 26 Maret 1967, Jim (udah akrab ceritanya) menghilang di Malaysia dan tidak pernah terdengar lagi kabarnya. Setelah dilakukan pencarian selama bertahun-tahun akhirnya kerabat dari Jim memberikan rumah ini kepada sebuah lembaga untuk dirawat dan dijadikan museum untuk dikunjungi pelancong, agar semua karya Jim masih bisa kita nikmati dan sebagai bentuk apresiasi pemerintah Thailand terhadap Jim Thompson. Cerita lengkap tentang Jim (yang gak akan gw translasi) bisa ditemukan di bawah ini.
Perjalanan gw di Tanah Merdeka ini secara keseluruhan sangat menyenangkan, apalagi di hari kedua gw di kota ini, perjalanan terasa sangat lancar dan tidak ada masalah yang berat (selain cari makan). Tapi jangan tanya di hari ketiga (eh emang bakal gw ceritain kan :p) wishlist gw berjalan dengan sedikit amburadul seperti muke gw.




Next destination adalah Asiatique Riverfront, awalnya otak gw yang rada-rada ini mengira tempat ini seperti pertunjukan air mancur/laser warna warni menari yang ada di Singapura. Ternyata maksudnya tempat ini adalah pusat perbelanjaan lainnya di tepian sungai Chao Praya. Lagi-lagi otak gw yang udah lupa sama pelajaran Geografi dibikin mikir saat di atas pesawat, gw melihat ke bawah ada sungai sangat panjang mengelilingi Negeri Gajah Putih dan dilalui oleh kapal-kapal. Gw mikir itu sungai apa ya, kok bisa dikelilingi naik kapal, gw mau coba ah! itu doang yang ada di otak gw.

Saat gw masih di dalam BTS, gw baru sadar kalau gw harus menyambung bus biasa untuk sampai ke tujuan. Gw awalnya belum tau kalau bisa juga naik boat/kapal ke Asiatique, memang tarif nya lebih mahal daripada bus ompreng biasa. Akhirnya setelah browsing gw malah menemukan bahwa ada masjid di tempat gw turun BTS di stasiun Saphan Taksin, cukup berjalan kaki beberapa menit. Karena gw belum shalat Dzuhur dan Ashar gw memutuskan mampir ke sana dan saat liat google maps gw curiga sih kalau rute jalan kaki nya dibikin muter-muter, tetapi tetap gw ikutin karena takutnya kalau gw sotoy taunya jalannya malah buntu atau malah dibatasi oleh kali dan gw gak bisa nyebrang. Siapa sangka di masjid itu gw ketemu malaikat penolong yang mencerahkan hari gw, akan diceritakan nanti secara khusus.


Sekitar 20 menit gw sudah sampai di sebrang Asiatique dan ternyata di depan tempat gw turun bus ada Muslim Food Court dan ada masjid di sampingnya. "Tau gitu gw bisa shalat sekalian di sini aja, tapi jangan deh nanti gak bisa ketemu anak baik tadi, tuh semuanya memang sudah suratan takdir kan" kata-kata merepet dalam otak gw.

Akhirnya gw memutuskan untuk makan nasi goreng udang yang enak banget (efek laper) seharga 60 THB dan minum mango smoothie 30 THB. Sangat bersahabat kan harganya. Setelah isi bensin gw langsung nyebrang ke Asiatique dan berjalan-jalan sambil melihat-lihat mechandise, di sini gw cuma belanja di miniso dan beli 1pc bedak ponds yang harganya dimahalin 5 THB. Sebelum berbelanja gw langsung jalan menuju ferriswheel yang sangat besar bernama Mekhong. Gak gw naikin soalnya emang mekhong alias mehong bin mahal, kalau tidak salah 500 THB. Pengen juga melihat Bangkok dari ketinggian, tetapi kan gw agak takut ketinggian terus gw juga sendiri, takutnya kan jadi baper liat pemandangan indah nan romantis #eaaa. Ada juga pertunjukan Cabaret alias Lady Boy tetapi cukup mahal juga sekitar 900 THB, akhirnya gw urung menontonnya, gw lebih memilih untuk menikmati alam alias ngirit.


Gw berjalan ke tepian sungai sambil mengagumi luasnya Chao Praya, berfoto-foto sampai puas. Banyak juga pemuda pemudi yang pakai toga wisuda mengambil foto di sana. Ada beberapa ketemu warga Indonesia, yang cowonya lagi usaha banget foto-fotoin cewenya supaya gak keliatan tembem. Puas menikmati pemandangan di sana dan hari juga sudah cukup malam gw memutuskan untuk mengakhiri perjalanan hari ini dan kembali ke hotel. Eh pas banget kakak gw watsapp dan ingin menyusul ke sini "tinggal satu email bisa meluncur ke sana" dia berkata. Akhirnya gw memutuskan untuk menunggu di masjid sebrang saja sekalian shalat Maghrib dan Isya. Selesai shalat gw jajan semacam martabak pisang, karena si abang menegur gw dengan ucapan Assalamualaikum, gw jadi memutuskan untuk membeli dagangan si abang berjenggot putih panjang tersebut.

.
Tidak lama kemudian kakak gw datang, dia sampai menggunakan grab car karena takut gw kelamaan nunggu. Lalu gw menemani dia makan malam semacam Pad Thai udang (lupa harganya euy) dengan udang yang besar kepalanya aja (bukan karena sombong) tapi badannya kecil. Selesai makan kami teruskan dengan perjalanan ke tepian sungai dan akhirnya kami memutuskan untuk mencoba ke Saphan Taksin menggunakan boat, kalau tidak salah biayanya 20/40 THB (kalau dibayarin gw otomatis jadi gak inget harga). Memang jauh lebih mahal dibanding naik bus yang hanya 9 THB, tetapi jauh lebih cepat sampai ke BTS.

Esoknya, 23 Januari 2018, gw memutuskan ke Wat-watan alias ke berbagai temple. Gabungan pengalaman gw yang terlalu cerdas sampai mendekati dodol ini akan gw ceritakan di lain tulisan.


Setelah puas mengunjungi berbagai Temple, perjalanan dilanjutkan ke BACC, masih ingin menuruti rasa penasaran diri ini dan ingin melihat seni seperti apa yang ditampilkan di Galeri tersebut. Tempatnya juga di dalam ruangan dan nyaman ber-AC, jadi sekalian gw bisa beristirahat. Tampaknya karya seni yang dipamerkan adalah hasil kreativitas dari anak-anak sekolah, cukup menarik.









 


Hari sudah sangat sore saat gw tiba di Pratunam dan kaki gw udah berkonde banget rasanya. Pasar ini memang beroperasional 24 jam tetapi yang masih buka hanya di bagian luar saja. Alhamdulillah ketemu titipan emak gw, oleh-oleh buat orang kantor, ponakan, kakak, titipan teman (udah kaya buka jastip ya gw). Harus bisa tawar menawar sih di sini dan rata-rata penjualnya baik kok, atau karena gw manis kali ya jadi mereka baik. haha. 

Sampai saat ini gw belum makan siang, baru makan dua buah pisang yang gw embat lagi dari hotel (kemajuan ngembatnya bisa lebih banyak). Gak ada yang bikin gw tertarik makanannya dan banyak masakan babi bertebaran juga soalnya, ada lagi yang jualan martabak pisang, tapi gw udah lelah banget mau langsung ke hotel aja naik ojek. Ojek di sana pada pake seragam rompi oren dan sudah ada tarif yang tidak bisa ditawar. Naik ojek pangkalan di sana ga pernah dikasih helm, tarif dari pratunam ke hotel waktu itu 50 THB. Ada juga Grab dan Uber yang lebih murah tapi udah males ribet.  Akhirnya gw sampai hotel dan langsung rebus Indomie Goreng.



Hari terkahir, 24 Januari 2018, sebenarnya gw belum mau meninggalakan Bangkok secepat ini, tapi apa daya tiket pesawat sudah dipesan dan jatah cuti juga udah minus. Si kakak sejak hari pertama ingin mengajak onsen-an alias berendam air panas (pakai banget) di Yunomori Onsen & spa dan dilanjut dengan Thai Massage. Gw yang tidak menyukai massage ternyata malah ketagihan dan nanti  akan gw ceritain gimana enaknya onsen dan massage di negara lumbung padi Asia ini. 



Setelah selesai Onsen gw langsung ke Big C di dekat Yunomori untuk membeli aneka camilan macam Tae Ko Noi, Dozo, Thai Tea, Dried Mango dll. Emang dasar gw cewe tulen kan tetep aja mampir ke bagian make-up dan memborong lagi BB Ponds untuk oleh-oleh. Murah meriah tapi banyak yang suka, maklum selain kualitas yang bagus dari bedak tabur ini, harganya akan menjadi cukup mahal kalau udah masuk di online shop Indonesia.

Selesai belanja gw mencari makan siang, saat itu cuaca hujan gerimis, akhirnya gw memutuskan makan Takoyaki di food court, tampaknya satu-satunya food stall yang piggy free. Gak nyesel makan Takoyaki ini karena enak banget dan murah banget kalo dibandingin di JKT. Mau bungkus bawa pulang tapi biasanya kan nggak enak kalau sudah dingin.

Gw naik ojek dari depan Big C ke Hotel untuk mengambil titipan koper karena tadi pagi gw sudah check out. Di hotel gw merapikan isi koper lagi dan memutuskan untuk memberikan Indomie yang tidak termakan ke pegawai Hotel. Koper gw sudah gak muat!

Ditawarin naik taxi sama pegawai hotel, tapi lumayan mahal juga sekitar 500 THB incl Tol. Gw pun memutuskan sesuai rencana awal saja, naik BTS dulu dan di sambung dengan bus A1. Setelah turun dari BTS dan saat sedang menyebrang, gw melihat dari atas bus A1 sudah lewat. Kalau gw sabar menunggu seharusnya tidak lama lagi bus nya akan datang. Tetapi gw dengan cerdasnya memutuskan naik bus lain yang juga lewat Don Mueang. Tarifnya murah cuma 9 THB dan perasaan gw jadi gak enak, bener aja bus ini tidak melalui Tol dan ternyata gw tidak turun pas di dalam bandara. Tetapi jauh di luar bandara dan gw harus menyebrang melalui jembatan dengan menggerek koper, menggendong ransel dan tas selempang.

Begitulah petualangan singkat dengan cerita yang tidak singkat di Bangkok, semoga bisa ke sini lagi dan tahun ini banyak melancong, supaya punya bahan tulisan.

Di setiap sudut jalan/mall/kantor selalu ada tempat berdoa seperti ini.



Share: