Berangkat pagi buta, menikmati indahnya kemacetan, menemui--hampir setiap hari--halte Transjakarta di harmoni yang selalu penuh sesak, pulang bersama langit kelam dan setumpuk orang dalam bus, memberikan waktu yang banyak bagi Saya untuk terbuai dalam lamunan dan mengingatkan Saya dengan sebuah pilihan lagi.
Jalanan pulang pergi yang sama setiap hari dan selalu melewati jalan "itu" membuat Saya kesal dengan pilihan yang telah dibuat. Kesal bukan menyesal.
Melewati daerah bilangan kedoya membuat hati Saya selalu mencelos, apalagi melihat tulisan "itu" selalu terpampang di mana-mana. Tempat "itu" adalah tempat yang sudah saya tidak pilih, jalan "itu" mungkin saja sudah tidak akan pernah Saya injak lagi.
Saat "itu" berawal saat Saya mendapatkan dua tawaran interview pekerjaan, cukup sulit bagi Saya untuk memilihnya, karena dua-duanya menggiurkan. Yang satu baru interview tahap pertama di majalah remaja wanita dan yang satu lagi (Saya pikir) adalah lanjutan interview tahap ke-3. Saya menimbang-nimbang mana yang akan saya datangi. Di tempat yang ke-2 sudah interview tahap ke-3, Saya pikir peluangnya akan lebih besar daripada yang baru tahap pertama. Namun di tempat pertama itu, pasti kerjanya akan mengasikkan, majalah wanita, repoter-nya juga rata-rata wanita muda. Berita yang ditulis juga lebih ceria daripada harus menulis berita untuk koran
Hampir seharian saya memikirkannya, lalu malam pun menggantikan siang, dan pilihan sudah dibuat, Saya akan mendatangi tempat "itu" saja, peluang yang lebih besar pun menjadi pertimbangan. Namun saat Saya menjalani proses interview, perasaan kecewa melanda hati ini, ternyata saya menjalani proses tes dari awal lagi. Menulis berita feature dan translate berita dari AFP (Agency France-Press), hal ini dikarenakan ternyata posisi yang dilamar berbeda, sama-sama menjadi reporter tapi hanya untuk satu wilayah saja.
Jalanan pulang pergi yang sama setiap hari dan selalu melewati jalan "itu" membuat Saya kesal dengan pilihan yang telah dibuat. Kesal bukan menyesal.
Melewati daerah bilangan kedoya membuat hati Saya selalu mencelos, apalagi melihat tulisan "itu" selalu terpampang di mana-mana. Tempat "itu" adalah tempat yang sudah saya tidak pilih, jalan "itu" mungkin saja sudah tidak akan pernah Saya injak lagi.
Saat "itu" berawal saat Saya mendapatkan dua tawaran interview pekerjaan, cukup sulit bagi Saya untuk memilihnya, karena dua-duanya menggiurkan. Yang satu baru interview tahap pertama di majalah remaja wanita dan yang satu lagi (Saya pikir) adalah lanjutan interview tahap ke-3. Saya menimbang-nimbang mana yang akan saya datangi. Di tempat yang ke-2 sudah interview tahap ke-3, Saya pikir peluangnya akan lebih besar daripada yang baru tahap pertama. Namun di tempat pertama itu, pasti kerjanya akan mengasikkan, majalah wanita, repoter-nya juga rata-rata wanita muda. Berita yang ditulis juga lebih ceria daripada harus menulis berita untuk koran
Hampir seharian saya memikirkannya, lalu malam pun menggantikan siang, dan pilihan sudah dibuat, Saya akan mendatangi tempat "itu" saja, peluang yang lebih besar pun menjadi pertimbangan. Namun saat Saya menjalani proses interview, perasaan kecewa melanda hati ini, ternyata saya menjalani proses tes dari awal lagi. Menulis berita feature dan translate berita dari AFP (Agency France-Press), hal ini dikarenakan ternyata posisi yang dilamar berbeda, sama-sama menjadi reporter tapi hanya untuk satu wilayah saja.